a.
Pengertian Fi’il Amar
فِعْلُ اْلاَمْرِ هُوَ مَا دَلَّ عَلَى طَلَبِ
وُقُوعِ الْعَمَلِ
Artinya: “Fi’il amar ialah kalimat yang menunjukkan
arti meminta untuk melakukan sesuatu pekerjaan.”
Fi’il
amar dibagi menjadi dua macam, yaitu amar ghoib dan amar hadlir
1.
Fi’il amar ghoib
Yaitu: fi’il amar pada asalnya dari fi’il
mudlori’ yang kemasukan lam amar (lam yang menunjukkan arti perintah), kemudian
jika fi’il mudlori’ yang kemasukan lam amar tersebut bersandar pada fi’il
ghoib, maka dinamakan fi’il amar ghoib, contoh:لِيَضْرِبْ (memukullah ia)
Lam amar disini ialah lam yang digunakan untuk
perintah melakukan sesuatu , contoh: يَضْرِبُ
menjadi لِيَضْرِبْ (Hendaknya dia
laki-laki memukul). Kemudian jika lam amar tersebut dimasuki wawu atau fa’ atau
kaf, maka hukumnya boleh dibaca sukun, contoh: فَلْيُكْرِمْ
(maka hendaknya dia memuliakan) وَلْيُكْرِمْ (dan hendaknya dia memuliakan)
Hukum fi’il amar ghoib berasal dari fi’il
mudlori’ baik mabni ma’lum atau mabni majhul yang telah kemasukan lam amar disebut
juga fi’il amar ghoib. Huruf akhir fi’il amar ghoib harus dijazemkan, yakni
disukun jika huruf akhirnya berupa huruf shohih dan membuang huruf ‘ilat jika
huruf akhirnya berupa huruf ‘ilat, contoh: لِيَضْرِبْ، لِيُضْرَبْ
b.
Pengertian Fi’il Nahi
فِعْلُ النَّهْيِ هُوَ مَا دَلَّ عَلَى طَلَبِ
التَّرْكِ
Fi’il nahi ialah kalimah yang menunjukkan arti
perintah (meminta) untuk meninggalkan (tidak melakukan) sesuatu. Fi’il nahi ini
harus disambung dengan laa nahi, yaitu laa yang digunakan untuk meminta
meninggalkan melakukan sesuatu (tidak melakukan).
Berikut fiil amar dan nahi dari berbagai binak:
1. Fi’il Amar dan Nahi dari Binak
Shohih
Laa nahi bisa masuk pada fi’il mudlori’ waqi’
ghoib/ghoibah dan mukhotob/mukhotobah, baik mabni ma’lum maupun mabni majhul
maka fi’il tersebut disebut fi’il nahi ghoib dan nahi hadlir. Contoh: لاَيَضْرِبْ، لاَيُضْرَبْ، لاَتَضْرِبْ، لاَتُضْرَبْ، لاَتَضْرِبِيْ، لاَتُضْرَبِيْ، لاَ اُضْرَبْ، لاَ نُضْرَبْ.
Jadi pada hakekadnya fi’il nahi itu ialah fi’il
mudlori’ yang dimasuki laa nahi dan hukum fi’il mudlori’ yang dimasuki laa nahi
itu harus dijazemkan, yakni disukun jika huruf akhirnya berupa huruf shohih
(fi’il mudlori’ shohih akhir), contoh: لاَتَضْرِبْ
Fi’il mudlori’ yang dimasuki lam amar dan laa
nahi apa bila huruf akhirnya berupa huruf ‘ilat (wawu, ya’ dan alif atau
disebut mu’tal akhir) maka huruf ‘ilatnya harus dibuang. Contoh: لِيَغْزُ، لاَتَغْزُ
Demikian halnya nun yang berada di af’alul
khomsah yaitu fi’il mudlori’ yang bertemu alif tasniyah, wawu jamak dan ya’
mu’annats mukhotobah. Contoh: لاَيَنْصُرَا، لاَيَنْصُرُوْا، لاَيَنْصُرِيْ.
Sedang
nun jamak innats itu tidak dibuang, contoh:
لِيَنْصُرِنَ
2.
Fi’il Amar dan Nahi dari Binak Naqis
Sebagaimana penjelasan diatas bahwa akhir dari
fi’il mudlori’ yang dimasuki lam amar/laa nahi itu, jika berupa fi’il mudlori’
shohih akhir maka huruf akhirnya harus disukun, jika huruf akhir berupa huruf
‘ilat (wawu, alif dan ya’) maka huruf ‘ilatnya harus dibuang, karena huruf ilat
itu menyerupai harokat yang ada diakhir. Contoh: لِيَغْزُ، لاَيَغْزُ، لِتَغْزُ، لاَتَغْزُ، اُغْزُ، لاَتَغْزُ، اُغْزِيْ، لاَتَغْزِيْ.
Begitu juga fi’il mudlori’ yang dimasuki lam amar
dan fi’il nahi yang bertemu alif tasniyah, wawu jamak dan ya’ mu’annats
mukhotobah (af’alul khomsah) maka nun
tanda i'rob rofa’ harus dibuang, contoh: لاَيَنْصُرَا، لاَيَنْصُرُوا، لاَيَنْصُرِيْ، لِيَنْصُرَا، لِيَنْصُرُوا، لِيَنْصُرِيْ
Ajiiibb.. (y)
BalasHapusMinta contoh kalam.nya ��boleh???
BalasHapuskalam yang mana yah....
BalasHapusapha perbedaanya bab laa sama lam amar dan nahyi
BalasHapusMeneurut singkat saya perbedaan bab la lam amar dan nahyi adalah
BalasHapusterletak pada ketentuan2 penggunaan bab la dengan lam amar dan nahi ... misal
"bab la menjelaskan لا yang berfungsi untuk menafikan atau meniadakan jenis, digunnakan pada kalimat isim sedangkan
lam Amar dan nahi digunakan pada kalimat Fi'il (termasuk 'Amil Jazem).