Senin, 27 April 2015

Sistematika kitab sorogan

Mengungkap Hirarki  Kitab Sorogan
Di PP. al ihya ‘ulumaddin
“By: al faqir ila rohmatillah_ hilal musholi”

Sorogan merupakan salah satu bentuk ngaji atau belajar yang wajib diikuti oleh semua santri pondok pesantren al Ihya’ulumaddin tanpa terkecuali. Sementara itu kata sorogan berpangkal dari kata sorog yang berarti menyodorkan dan mendapat akhiran “an”. Yaitu penagajian dengan cara santri menyodorkan kitab yang akan dikaji kepada guru atau ustadnya minta untuk dibacakan oleh unstadnya, kemudian secara individu santri membaca kitab tersebut sesuai dengan bacaan unstadnya.
Menurut beberapa sumber cerita demi cerita yang penulis peroleh, idealnya pengajian kitab sorogan ditempuh dengan waktu tiga tahun (begiti pula yang termaktub dalam buku agena santri) dengan jumlah kitab yang harus dikaji sekitar sebelas (11) kitab. Artinya dalam seitap satu tahunnya paling tidak santri harus menghatamkan tiga macam kitab. Bukan persoalan yang tidak mungkin digapai memang bagi santri yang sudah menghiasi diri dengan kemampuan gramatikal arab. Akan tetapi bagi santri baru agaknya kesulitan bila harus menghatamkan 3 kitab dalam satu tahunnya. Terlepas dari permasalahan tersebut sesulit apapun problematika pasti ada sulusinya.
Pengajian kitab sorogan bertujuan agar santri mampu membaca kitab kuning dengan benar sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa arab, mengafal atau memperbayak kosa kata, memahami isi kitab serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, selain itu diharapkan santri juga tidak canggung dalam menghadapi problematika yang berkembang dimasyarakat. Namun ada dimensi lain yang dalam pandangan penulis belum pernah tersentuh yaitu ada apa dibalik runtutan sederet kitab-kitab tersebut, dimulai dari kitab bajuri sanusiah samapai penghujung kitab sorogan yakni kitab fathul qoriibil mujiib. Kenapa urutan kitab sorogan adalah bajuri sanisiah, safinatunnajah, qotrul ghoist, durorul bahiyah, tijan duror, sulamunnnajat, sulam attufiq, bidayatul hidayah, at taqrib, ta’limul muta’allim, dan yang terakhir fathul qoriibil mujiib. Maka dari itu pada kesempatan ini penulis mencoba menorehkan argumentsi tentang hal tersebut. Dalam hal ini penting agar menjadi bahan koreksi dan analisis kritis terhadap sistematisasi input keilmuan pada diri masing-masing pribadi.
Kita mulai dari the first of kitab “bajuri sanusiah” buah karya syeh ibrohim as sanusi. Pertanyaan besar menimpa dalam diri penulis, “kenapa kitab yang pertama adalah kitab bajuri sanusiah bukan kitab yang lain?”. Telusur demi telusur dilakukan dalam rangka menjawab yang mengganjal di hati ini. Hingga akhirnya menemukan sebuah jawaban bahwa kenapa kitab bajuri sanusiah adalah secara materi kitab ini mengkaji tentang ilmu teologi atau ketuhanan, didalamnya dijelaskan sifat-sifat wajib, mustahil, dan jaiz bagi Allah beserta dalil-dalilnya. Materi ini disajikan dalam bentuk tesis anti tesis yang begitu memanjakan pembacanya serta mudah untuk dipahami. Pada sudut lain secara syar’i setiap orang mukalaf wajib menetahui tentang itu guna menguatkan i’tiqodnya terhadap Tuhan Yang Maha Esa Allah ‘Azza Wajalla. Dari sisi ini dapat ditarik kesimpulan bahwa kitab bajuri sanusiah sebagai basic atau pondasi awal penguatan keimanan kepada Allah SWT. Sebagai wujud dari persaksian laa illa ha illalloh karena iman kita tidak mungkin akan kuat katakanlah sekuat baja sebelum kita mengatahui siapa itu allah, apa sifat-sifatnya, bagaimana kinerjanya dan lain sebagainya. Inilah salah satu alasan kenapa kitab ini menempati prioritas urutan pertama dalam kitab sorogan.
Kitab safinatunnajah karya syeh salim ibnu samir alhadlromiyi ditempatkan pada urutan kedua karena secara umum kitab ini mengkaji tentang ushuluddin dan fiqih. Ini berarti masih memiliki relasi dengan kitab yang pertama (bajuri sanusiah). Kita gambarkan antar keimanan dengan agama merupakan suatu yang tidak bisa dipisahkan karena bentuk iman mengiterpretasikan agama, agama mengatur tatanan kehidupan kemasyarakatan. Bila dirasionalkan kitab yang pertama menjelaskan penguatan keimanan maka tepat sekali yang dikaji setelahnya kitab safinah dengan alasan ketika keimanan sudah kokoh kemudian dilanjutkan dengan pengetahuan tentang ushuluddin dan fiqih sebagaimana kita tahu bahwa dalam fiqih ada dimensi ubudiyah serta kaifiyah-kaifiyahnya maka ini adalah bentuk pengabdian kita terhadap allah SWT. Sedang ushuluddin merupakan pokok dasar agama. Jadi ketika iman telah kokoh maka tahapan selanjutnya adalah kosekuensi dari iman tersebut hendaknya diwujudkan sesuai dengan koridor-koridor ushulluddin dan fiqh.
            Kitab qotrul ghoist karya syeh muhammad nawawi al jawi, kitab ini mensyarahi kitab masail karya as syeh al imam abi laist. Kitab tersebut menjelaskan rukun iman dan kaifiyah-kaifiyahnya. Disajikan dalam bentuk masail dan jawaban-jawaban fungsinya adalah untuk mengcounter terhadap ussuludin atau keyakinan yang bersifat kasap mata sekaligus sebagai hujjah terhadap mereka yang tidak percaya akan adanya itu. Kenapa dikatakan sebagai hujjah, karena didalamnya dijelaskan bagaimana caranya iman kepada allah, iman kepada malaikatnya, iman kepada rosul, iman kepada kitab, iman kepada qodlo dan qodar, dan iman kepada hari akhir. Inilah sekiranya statemen kenapa kenapa kitab qotrul goist menempati urutan ketiga.
            Kitab durorul bahiyah, ditulis oleh Sayid abi Bakar ibnu Sayid Muhammad Syatho  Adimyati dengan konten materi terfokus pada apa kewajiban  seorang mukallaf ditinjau dari ilmu-ilmu syar’iyyah. Baik yang bersifat pribadi dalam artian dilaksanakan oleh diri sendiri, maupun yang dilaksanakan bersama-sama dengan orang disekitarnya. Akan teTapi kitab ini tetap menekankan pada nilai fiqih ubudiyahnya. Hal ini merupakan salah satu bentuk pendalaman dan penguatan dari apa yang sudah dilandaskan oleh kitab-kitab sebelumnya karena didalamnya dijelaskan ahkamu syar’iyah, tendensi terpenting dalam iman serta ubudiyah.
            Kitab tijanud durori karya dari as syeh muhammad nawai al jawi, merupakan syarah dari kitab Risalah fiettauhid karya syeh  ibrohim al bajury.  Melihat konten materinya yaitu tenteng tahid maka kitab ini merupakan kelanjutan dari kitab yang pertama dan yang ketiga, Cuma bedanya kitab tijan ini pembahasannya lebih spesifik pada sifat wajib, mustahil, dan jaiz bagi allah SWT. beserta dengan dalil atau bukti dari sifat-sifat tersebut. Menujukan bahwa persoalan keimanan pada tingkat ini buka bukan hanya sekedar i’tikod atau batiniah, mengetahui kaifiyahnya saja akan tetapi kita juga mengetahui bukti-bukti konkrit atas apa yang kita imani.
            Dengan demikian dapat ditarik sebuah pemahaman dari rentetan kempat yang pertama ini lebih memfokuskan pada hakekat keimanan yang kemudian dimanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk riil ibadah. Maka setelah pondasi keimanan ini kukuh kitab selanjutnya akan lebih spesifik pada bagaimana mengapai keslamatan, mendapatkan pertolongan, bercinta dengan sang holik bahkan fiqihnyapun akan menjadi fiqih yang tasawuf ala kaum suni (ahlu sunnah wal jama’ah). Kita lihat saja kitab sullamunnjat karya syeh nawawi bin umar al bantani yang mnsyarahi kitab safinnatusholah karyasayid abdulloh bin umar bin yahya al hudlorimi. Kitab ini spesifik membahas tentang sholat berserta dayang-dayangnya (syarat, rukun, dan da’a pada setiap gerakannya) kalu tadi diatas kita tahu bahwa pembahasan saholat dalam kitab sebelumnya secara detail, nah disinilah dikupas tuntas tentang sholat. Yang mana sholat merupkan salah satu cara kita berkomunikasi denganNya.
            Selanjutnya kitab sullamut taufiq karya syheh muhammad nawawi. Isi materi meninitik berat kan bagimana mahabbah pada sang holik dan sebaliknya. Secara umum kitab ini mengajarkan kita untuk mawas diri dari belenggu sifat tercela yang dapat menghalangi tingkat ketercapaian ibadah kepada allah SWT. Dan merusak hal terpenting dari iman yang telah kita pupuk semenjak usia dini. Disini sudah diwarnai ibadah yang bukan sekedar ibadah akan tetapi yang murni karena allah bukan karena yang lain. Sekaligus dalam kitab ini sudah didasari nilai-tasawuf. Kemudian disambung dengan kitab bidayatul hidayah karya hujjatul islam abu hamid muhammad bin muhammad bin muhammad al ghozali. Didalamnya diterangkan bagaimana kita bersosialisasi dengan Allah. Pantas lah kitab ini dimasukkan dalam urutan kitab yang kesekian karena boleh dikatakan kitab ini memang ajangnya evaluasi diri ternadap ibadah yang kita lakukan mulai dari bangun pagi sampai tidur lagi, Apakah dalam sederet aktifitas kita suadah benar sesuai dengan tuntunan agama.
            Kemudian setelah hal terpenting dari iman katakanlah telah selesai berserta pendalamannya, dan kita tahu bahwa setiap perbuatan atau tingkah laku manusia pasti tuntunan yang jelas dari agama maka kiranya kita tahu tentang hal ini. Dari awal kita telah didasari tentang fikih. Maka sebagai pembuka sebelum kita merangka ke fikih dalam tingkat yang lebih tinggi, kita perlu kita mengakaji pembahasan fikih secara global yang termaktub dalam kitab taqrib karya syeh ahmad ibnu husain.
            Kitab ta’limul muta’allim ditulis oleh syeh zarnuji. Secara umum Menrangkan tentang adab dalam belajar mengajar. Kenapa kitab ini ditempatkan pada kedua kitab menjelang akhir?, meminjam sebuah maqolah “tiada hal yang lebih utama setelah melaksanakan beberapa ibadah fardu kecuali mencari ilmu”. Maka dari itu penting kita mempelajari kitab ini agar dalam belajar kita menjadi terarah dengan benar dan menggapai ilmu yang bermanfaat dan berkah. Didalamnya bukan hanya sekedar membahas tentang adab tetapi terkandung juga motivasi untuk selalu berkarya, memperbaiki diri, guna meraih insan yang berakhlakul karimah. Kaitan nya dengan tata urutan kitab sorogan adalah kalau dalam kitab bidayatul hidayah dijelaskan bagaimana bersosialisai dengan allah maka dalam kitab ta’lim adalah sosialisasi pada sesama. Bahwa dalam sosialisasi dengan sesama dalam hal ini adalah belajar membutuhkan kerangka atau format yang tepat.

            Dan yang terakhir adalah kitab fathul qoriibil mujiib karya syeh symsudin abu ‘abdillah muhammad bin qosim assyafi’i, merupakan syarah dari kitab tqrib. Dalam kitab ini dijelaskan secara detail persoalan-persaoalan fiqih. Sebagai pelengkap dari kitab kitab fiqih sebelunya. Ini lah sekiranya kenapa kitab ini ditempatkan diakhir karena sifatnya adalah pendalaman. Sebagaimana telah menjadi rahasia umum bahwa masalah selalu up to date kapanpun dan dimanapun maka inilah pentingnya kita mempelajari kitab ini agar kita terjerumus dalam jurang keharaman. Karena diawal memang kita telah diwanti-wanti kitab yang serat akan makna tasawauf.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Proposal Bakti Sosial Pengadaan Mobil Layanan Kesehatan

      PROPOSAL BAKTI SOSIAL PENGADAAN MOBIL LAYANAN KESEHATAN RANTING NU SUMINGKIR TAHUN 2022/2023       ...